SEJARAH AWAL MULA SHOLAT ISTISQA
Sholat Istisqa memiliki sejarah panjang sejak masa Rasulullah ﷺ ketika kaum Muslimin mengalami kemarau yang sangat berat. Pada masa itu, Madinah dilanda kekeringan sehingga tanah mengeras, tanaman mati, dan sumur mulai mengering. Kondisi ini membuat masyarakat datang kepada Rasulullah ﷺ memohon agar beliau bersedia meminta hujan kepada Allah. Dari sinilah awal mula Sholat Istisqa dilakukan secara terbuka sebagai ibadah khusus untuk memohon turunnya hujan.
Dalam riwayat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah ﷺ saat beliau sedang berkhutbah, mengeluhkan kemarau yang menimpa mereka. Rasulullah ﷺ pun mengangkat kedua tangannya dan berdoa meminta hujan. Tak lama setelah itu, awan berkumpul dan hujan pun turun. Peristiwa ini menjadi salah satu dalil awal dari disyariatkannya doa memohon hujan, baik di dalam khutbah maupun dalam sholat khusus yang kemudian dikenal sebagai Sholat Istisqa.
Pelaksanaan Sholat Istisqa secara formal dilakukan oleh Rasulullah ﷺ di tanah lapang, mirip dengan sholat Id. Beliau keluar dengan pakaian sederhana, menunjukkan sikap tawadhu, dan tidak disyariatkan azan maupun iqamah. Sholat dilakukan dua rakaat, diikuti khutbah yang mengingatkan kaum Muslimin untuk bertaubat, memperbanyak istighfar, dan menjauhi maksiat yang menjadi sebab tertahannya keberkahan.
Salah satu simbol penting pada masa awal Sholat Istisqa adalah tindakan Rasulullah ﷺ membalik sorbannya saat berdoa. Para ulama menjelaskan bahwa tindakan ini melambangkan permohonan untuk membalikkan keadaan dari kekeringan menjadi keberkahan. Para sahabat yang hadir juga mengikuti tindakan tersebut, menunjukkan bagaimana umat Islam diperintahkan untuk menunjukkan kerendahan hati dan kesungguhan ketika memohon hujan.
Sejak peristiwa itu, Sholat Istisqa menjadi syariat yang terus diamalkan oleh kaum Muslimin sepanjang sejarah. Setiap kali terjadi kemarau dan kebutuhan akan hujan meningkat, umat Islam meneladani sunnah Nabi ﷺ dengan berkumpul bersama, bertaubat, memperbanyak doa, dan melaksanakan Sholat Istisqa. Ibadah ini menjadi pengingat bahwa dalam setiap kesulitan, pintu langit selalu terbuka bagi hamba yang kembali kepada Allah dengan hati yang tunduk dan penuh harap.
Sumber : https://islamdigest.republika.co.id/berita/s0k1us430/sholat-istisqa-di-zaman-nabi-muhammad